R e s u m e b u k u Filsafat Pendidikan Islami Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu dalam Memanusiakan Manusia Nama Mahasiswa: Mulyadi Dosen Pengasuh: Dr. Syukri Hamzah Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan PROGRAM MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2010 PENGANTAR PERESUME Buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Prof. Ahmad Tafsir membahas pandangan filsafat dalam dunia pendidikan Islami. Namun demikian, bukan berarti penulis hanya menukil pandangan filsafat dari tokoh-tokoh Islam. Untuk memperkuat tulisannya, penulis tetap memandang filsafat dari semua sudut pandang tokoh. Baik tokoh klasik maupun modern.
TUGAS RESENSI BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMI Judul Buku: Filsafat Pendidikan Islami Penulis: Prof. Ahmad Tafsir Penerbit: PT REMAJA ROSDAKARYA Tebal: 338 Halaman Cetakan: Cet. III November 2008 Buku ini merupakan sebuah sumbangsih yang sangat besar bagi kaum pelajar khususnya setingkat mahasiswa dan mahasiswa pasca sarjana yang mungkin masih awam dalam memahami tentang filsafat pendidikan islam.
Baik tokoh Barat maupun tokoh dunia Islam. Dalam bukunya, Penulis mengakui bahwa buku tersebut tidak ditulis berdasar urutan pembahasan layaknya sebuah buku filsafat. Tetapi ditulis berdasarkan urutan alur berfikir terhadap cara memandang persoalan pendidikan melalui pendekatan deduktif-induktif. Dimulai dari pembahasan tentang hakikat manusia baru kemudian membahas hakekat pendidikan dilanjutkan dengan beberapa kritik terhadap kebijakan pendidikan di Indonesia dilihat dari sudut pandang filsafat. Peresume akan meresume buku ini berdasarkan urutan bab. Oleh karenanya, perlu kiranya diketahui bahwa buku Filsafat Pendidikan Islam ini tersusun dari 10 bab.
Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Hakikat Manusia Bab 3 Hakekat Pendidikan Bab 4 Dasar Pandidikan Bab 5 Tujuan Pendidikan Bab 6 Kurikulum Pendidikan Bab 7 Peserta Didik Bab 8 Lembaga Pendidikan Bab 9 Proses Pendidikan Bab 10 Pengembangan Pendidikan Dari urutan bab di atas, terlihat bahwa penulis menyusun buku ini seperti sebuah bunga rampai tulisan. Dan sejatinya memang diakui oleh penulis bahwa buku ini merupakan kumpulan makalah-makalah yang telah beliau sampaikan untuk bahan perkuliahan selama beliau berkecimpung sebagai doses filsafat. Namun demikian tulisan ini justru memiliki kekuatan sendiri dalam memandang persoalan pendidikan di Indonesia dan sangat pantas untuk dibaca. Semoga resume ini dapat memberikan cakrawala berfikir yang baru dalam memandang pendidikan sebagai sebuah proses yang semestinya penuh dengan semangat perubahan. Bahwasanya pendidikan – mengutip dari istilah dalam buku ini – sebuah usaha untuk menolong manusia untuk memanusiakan dirinya. Peresume menyadari tulisan ini masih sangat jauh dari baik, maka kritik dan saran sangat diharapkan agar pemahaman filsafat pendidikan dapat lebih ditingkatkan serta sebagai praktisi pendidikan kita lebih menjiwai pendidikan. Mukomuko, Mei 2010 Peresume, Mulyadi Bab 1 Pendahuluan Pada bab 1 penulis memberikan pandangan tentang perbedaan antara pengetahuan sain dengan pengetahuan filsafat.
Penulis merangkum pendapatnya tentang perbedaan keduanya dalam matrik berikut. Pengetahuan Paradigma Obyek Metode Kriteria Sain Sain (ilmiah) Empirik Sain (ilmiah) Rasional – empirik Filsafat Rasional Abstrak – rasional Rasional Rasional Sebenarnya ada tiga macam pengetahuan yaitu pengetahuan sain, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Ilmu mistik ( mystical knowledge) mempunyai obyek suprarasional dan paradigmnya suprarasional.
Namun ilmu mistik tidak terlalu terkait dengan pendidikan sehingga penulis tidak begitu mambahasnya. Bab 2 Hakekat Manusia Karena pendidikan adalah usaha untuk membantu manusia untuk memanusiakan dirinya, maka bab dua ini membahas tentang hakekat manusia. Ada tiga sudut pandang yang digunakan; (1) manusia menurut manusia, (2) manusia menurut Tuhan.
Manusia Menurut Manusia Socrates: manuisa adalah sentral segalanya. Dia akan mengatur dirinya dan alam dengan peraturan yang dia buat sendiri. Plato (murid Socrates): manusia perlu mengetahui siapa dirinya sebelum mengetahui yang ada di luar dirinya. Dan untuk mengetahui sesuatu itu, manusia perlu bertanya. Untuk itu dia perlu bantuan orang lain untuk menjawab pelbagai pertanyaannya.
Manusia terdiri dari jiwa (ada sebelum kelahiran) dan tubuh (fisik). Jiwa akan abadi sedangkan tubuh akan musnah. Jiwa manusia terdiri dari 3 elemen; kuda putih (roh), kuda hitam (nafsu), dan kusir (rasio).
Kuda hitam dan putih secara bersama menarik kereta. Rasio bertugas mengendalikan kereta. Pendidikan bertugas membantu rasio dalam mengendalikan kereta tersebut.
Rene Descartes (1596-1650): ciri rasional pada manusia adalah adanya kebebasan memilih dalam bertingkah laku. Pada binatang kebebasan itu tidak ada. Maka berfikir itu sangat sentral pada manusia. Immanuel Kant (1724-1804): manusia itu adalah makhluk rasional yang bertindak berdasarkan alasan moral yang bukan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Jadi ciri manusia adalah berfikir baru bertindak. Pada binatang itu tidak terjadi.
Manusia Menurut Tuhan Penjelasan terbaik tentang siapa manusia itu berasal dari pencipta manusia. Dan karena Al-Quran adalah kitab yang masih asli dari Tuhan, maka dari sanalah kita mengetahui apa yang Tuhan katakan tentang manusia. Menurut Tuhan manusia adalah diciptakan oleh Tuhan.
Al-Quran menyebutkan bahwa manusia memiliki unsur jasman, maka perlu makan dan minum (QS 7: 31). Juga memiliki unsur akal, dan ruh.
Menurut Al Syaibani, jasmani, akal, dan ruhani membangun manusia laksana segitiga sama sisi. Ketiganya sama pentingnya untuk dikembangkan. BAB 3 Hakekat Pendidikan Arti Pendidikan Orang Yunani (600 SM) telah mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha mambantu manusia menjadi manusia. Pengertian ini sesungguhnya masih sangat relevan hingga saat ini. Juga sangat relevan dengan konsep Al-Quran (Pent). Pendidikan: Masalah yang Tidak Pernah Selesai Kapanpun dan di Negara manapun baik negara berkembang maupun negara yang sudah maju sekalipun, pendidikan selalu menjadi topik pembicaraan yang tak pernah selesai. Selalu ada usaha untuk memperbaikinya.
Ada yang berhasil tetapi tidak sedikit yang gagal. Hal ini sesuai dengan sifat manusia yang tidak pernah puas dan cenderung menyukai hal baru (J.P. BAB 4 DASAR PENDIDIKAN Dasar pendidikan kita seharusnya tidak keluar dari dasar negara Pancasila. Sayangnya Pancasila belum diturunkan 100% ke dalam UU Sisdiknas 2003 yang kita pakai sekarang. Rasionalisme Rasionalisme berpegang pada prinsip bahwa akal adalah pencari kebenaran.
Dan kebenaran diukur dengan akal. Kebenaran harus dimiliki agar derajat kemanusiaan semakin tinggi. Manusia yang sebenarnya adalah yang derajat kemanusiaannya tinggi. Memperkuat dasar bagi nilai-nilai Terdapat 3 nilai dasar dalam hidup: benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah. Seiap orang meninginkan nilai yang diyakininya dapat lestari.
Munculnya budaya yang beragam di masyarakat merupakan bukti keinginan itu. Jadi budaya tidak lain adalah bukti nyata adanya nilai. Nilai atau budaya mana yang ingin dikembangkan oleh pendidikan kita? Setidaknya ada dua aliran budaya yang tengah berebut pengaruh di dunia pendidikan kita. Pertama budaya yang berdasar pada nilai falsafah bangsa Pancasila yang core nilainya Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua budaya Barat.
Budaya Barat yang falsafahnya dibangun dari Humanisme dan Realisme yang melahirkan Positivisme yang menghasilkan metode ilmiah dan metode riset. Seluruh produk metode riset digunakan untuk mengatur kehidupan manusia maupun mengatur alam. Inti dari budaya Barat adalah budaya mendewakan akal. Apakah budaya barat memang pilihan, ataukan Pancasila? Tidak jarang sebagian para pendidik secara tidak sadar talah memuja Barat.
Padahal sesungguhnya Barat sendiri mengakui bahwa budaya mereka adalah budaya yang tidak memanusiakan manusia karena manusia yang unik telah demikian disederhanakan. Manusia dianggap (diperlakukan) seperti barang-barang produksi mesin. BAB V TUJUAN PENDIDIKAN Tujuan pendidikan merupakan wujud dari pandangan hidup ( why of life) dari orang yang merumuskannya. Karena rumusan pendidikan dibuat oleh para manusia (salah satunya wakil rakyat, DPR) maka pandangan hidup mereka turut mewarnai bahkan tidak jarang terjadi perdebatan diantara mereka. Asalkan rumusannya tidak terlalu jauh dari Pancasila dan tidak mengancam keutuhan bangsa, masih bisa kita dukung.